TOLONG AKU MAMA

| Jumat, 18 November 2011
Bismillahir-Rahmanir-Rahim...
Sahabat, saya... mendapatkan cerita ini dari salah seorang sahabat.
Ketika saya membaca cerita ini, saya langsung teringat melihat berbagai macam photo tentang proses aborsi.

...Terlihat gambar yang tidak begitu jelas, tapi sang dokter menjelaskan secara detail mana sang janin dan sebuah alat penyedotnya. Sebuah alat besar dimasukkan kedalam liang rahim sang ibu untuk mencabik-cabik dan menyedot organ-organ sang janin hingga pada bagian kepala yang susah untuk disedot, maka dimasukkanlah alat seperti sebuah tang untuk meremukkan tengkorak kepala sang bayi agar bisa disedot.

Astaghfirullah... saya tak mampu menuliskannya dengan detail. Sebuah kekejian yang luar biasa yang dilakukan dokter dan ibunya sendiri.

Mungkin dari cerita rekaan ini bisa menggambarkan bagaimana keadaan sang bayi kecil tak berdosa itu...

____________

Mama sayang,...

Aku di surga sekarang,
duduk di pangkuan Tuhan.
Ia mengasihiku dan aku menangis dipelukan-Nya,
sebab pedih pilu hatiku begitu ingin aku menjadi putri mungilmu.
Tidak terlalu mengerti aku akan apa yang telah terjadi.
Aku begitu senang ketika mulai menyadari keberadaanku.

Aku ada disuatu tempat yang gelap, namun nyaman.
Aku melihat bahwa aku telah mulai punya jari-jari dan jempol.
Aku cantik seturut perkembanganku, tapi aku belum siap ketika meninggalkan tempatku.

Aku menghabiskan sebagian besar waktuku dengan berpikir atau tidur bahkan sejak hari-hari pertamaku, aku merasakan ikatan istimewa antara engkau dan aku.

Kadang aku mendengarmu menangis dan aku menangis bersamamu.
Kadang engkau berteriak dan memaki, lalu aku menangis.
Aku dengar Papa memaki balik.
Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik kembali.
Aku heran mengapa engkau begitu sering menangis.
Suatu hari engkau menangis hampir sepanjang hari.
Pilu hatiku karenanya.
Tak dapat kubayangkan mengapa engkau begitu berduka.

Pada hari itu juga hal yang paling mengerikan terjadi.
Suatu monster yang amat keji masuk ke tempat hangat dan nyaman dimana aku berada.
Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak sekalipun engkau berusaha menolong.
Mungkin engkau tak pernah mendengarku......

Monster itu semakin lama semakin dekat, sementara aku terus berteriak
“Mama, Mama, tolong aku.....,
Mama......
tolong aku...”

Suatu terror yang ngeri aku rasakan.
Aku berteriak dan berteriak hingga tak sanggup lagi.
Lalu monster itu mulai mencabik lenganku, sungguh sakit rasanya, sakit yang tak kan pernah dapat kuungkapkan dengan kata.
Monster itu tidak berhenti.

“Oh....
bagaimana aku harus mohon agar ia berhenti...!”

Aku menjerit sekuat tenaga, sementara ia mencabik putus kakiku.
Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku sekarat.
Aku tahu tak kan pernah aku melihat wajahmu atau mendengarmu membisikkan betapa engkau mengasihiku, mama.

Mama,
Aku ingin menghapus butir-butir air matamu ketika engkau bersedih.
Aku punya begitu banyak rencana untuk membuatmu bahagia.
Mama....
Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah, walau menanggung sakit tak terperi pedih dan pilunya hati kurasakan melampaui segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.
Tak ada gunanya sekarang, aku meregang nyawa dalam sengsara tak terkatakan.
Hanya hal-hal buruk yang terlintas dibenakku.

Sesungguhnya begitu ingin aku mengatakan bahwa aku mengasihimu sebelum aku pergi, tapi aku tak tahu kata-kata yang dapat engkau mengerti.
Dan segera saja aku tak lagi punya nafas untuk mengatakannya.

Sekarang aku mati.
Aku merasa diriku terangkat seorang malaikat besar membawaku kesuatu tempat yang besar dan indah.
Aku masih menangis, tapi segala rasa sakit tubuhku sirna sudah.
Malaikat membawaku kepada Tuhan dan membaringkanku dalam pelukanNya.
Tuhan mengatakan bahwa Tuhan mencintaiku.
Lalu aku merasa bahagia.
Kutanya padaNya apa itu yang membunuhku?
Tuhan menjawab,
“Aborsi.”

Aku tidak tahu apa itu aborsi.
Aku pikir mungkin nama monster itu.

Aku menulis untuk mengatakan betapa aku mengasihimu dan mengatakan padamu betapa ingin aku menjadi putri mungilmu.

Aku telah berjuang sehabis-habisnya untuk hidup,
aku ingin hidup......!
Kuat keinginanku, tapi aku tak mampu.
Monster itu terlalu kuat.
Dicabik-cabiknya lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh tubuhku.
Tak mungkin bagiku untuk hidup.
Aku hanya ingin engkau tahu bahwa aku berusaha tinggal bersamamu.
Aku tidak mau mati!

Mama,
berhati-hatilah terhadap monster bernama aborsi itu.
Mama,
aku mengasihimu.
Aku sedih karena engkau harus menanggung rasa sakit seperti yang kualami.

Berhati-hatilah.

Peluk & cium,
Bayi Perempuanmu.

~~~

Sahabat,
saya sangat sedih ketika membaca rekaan cerita diatas.
Saya yakin andapun juga.

Saya memiliki data, walaupun data lama yakni

“Setiap tahunnya sekitar 150 ribu anak dibawah 18th terjebak jadi pelacur.
4% kasus kehamilan remaja lebih banyak terjadi pada remaja dibawah 18th dan 7% pada remaja dibawah 16th.

Sementara sebanyak pula 43,1% gadis berusia dibawah 18th melakukan aborsi.”
 (Guntoro Utamadi, staf Perkumpulan (PKBI) diharian Kompas 1997).
 Itu tahun 1997, Entahlah apakah dari tahun ke tahun semakin naik ataukah semakin turun?
 Tak ada kata lain sahabat, mari kita bersatu padu untuk mencegah terjadinya praktek pembunuhan janin ini.
 Mungkin lebih pantas disebut pembunuh daripada sekedar pelaku aborsi.
 Yuk, mulai dari diri kita sendiri hindarilah & jauhi dari perbuatan zina.
 Tak terbayang sebuah kekejian orang tua yg tega membunuh anak kandungnya sendiri.

Na’udzubillahimindzalik.....

2 komentar:

{ oncomdotcom } at: 18 Desember 2011 pukul 07.28 mengatakan...

hallo, saya bertandang kemari
baca posting yang ini, saya juga pernah diceritain sama ibu saya yang bidan. Emang cara ngeluarin bayi yang udah meninggal didalam kayak begitu. Pake tang, kepalanya diputer biar lemes tulangnya. Cuma itu prosedurnya kalo memang bayinya sudah tidak bernyawa alias memang sudah meninggal dari sananya (bukan masih hidup terus dipaksa tak bernyawa lagi).

Eh rupanya jadi dipake buat aborsi, jadi sekalian mematikan bayi sekalian buat dikeluarin

{ Azim } at: 21 Desember 2011 pukul 07.33 mengatakan...

itu sekedar pesan moral aja supaya remaja di indonesia menghindari aborsi, kasian sang jabang bayi nga tau apa apa harus dibunuh dengan paksa demi kepentingan orang tuanya, padahal yg berbuat salah kan siorang tuanya

eh BTW kaka oncom nga update lagi aku tunggu all about violin sepertinya PP difacebook master violin xexee :P

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 WARNA WARNI KEHIDUPAN Blogger Template by Dzignine